Normal Mode
Responsive Mode

Harap Tunggu Proses Memuat Konten Halaman


Sabtu, 09 Desember 2017


HARI itu cuaca mendung menyelimuti kampung Tri Mulya Jaya. Sekelompok pemuda bersama sama menggali tanah untuk membuat kolam di pekarang rumah salah satu warga masyarakat kampung Tri Mulya Jaya.Kelompok pemuda kreatif ini di pelopori saudara Suhar dan Tri Wahyudi seorang pemuda Lulusan salah satu perguruan tinggi di Lampung.mereka bersama pemuda lain bertekad membuat usaha budidaya ikan lele.Pemuda lu­lusan salah satu Perguruan Tinggi di Lampung ini mengaku menyukai usaha budidaya ikan lele, di­banding ikan nila. Ia punya alasan, selain harga mahal, ikan lele juga mudah untuk dipasarkan ke mana saja.
“Tapi tujuan saya mem­budidaya­kan lele bersama kawan-kawan agar pa­ra pemu­da di Kampung Tri Mulya Jaya dapat ber­pikir kreatif. Artinya tidak meng­habiskan waktu berjam-jam di warung kopi atau hanya asyik bermain game. Itu sebabnya kami membuat ke­lompok bu­didaya ikan lele,” ujar Ke­tua Kelompok Budidaya ikan lele ini, penuh semangat.
Tri Wahyudi mengaku mempe­roleh ilmu budidaya ikan lele di beberapa sumber yang sudah berhasil melakukan budidaya ikan lele. Setelah menda­patkan il­mu dan dukungan dari beberapa sumber, ia kemu­dian mengumpulkan beberapa pe­muda dan membuat kelom­pok bu­didaya ikan lele.
Setelah mengumpulkan modal dari anggota, kemudian Tri Wahyudi dan Suhar membuat kolam bersama pemuda yang lain dengan cara di gali manual. Kolam berukuran 4×5 meter itu digali tepat di belakang pekarangan rumah.
“Kami tidak pernah me­ngajukan proposal ke dinas terkait atau bank untuk men­dapatkan modal usaha. Kami cuma diberikan ilmu dan motivasi. Sedangkan mo­dal untuk membuat kolam, membeli benih, dan pakan kami kumpulkan dari ke­lom­pok. Saya akan mem­buk­tikan tanpa bantuan pun kami bisa mengembang­kan usaha tersebut,” katanya.

Sembari terus menggali kolam, Tri Wahyudi banyak bercerita ten­tang kisah hi­dupnya. Ia mengaku pernah bekerja di beberapa pe­ru­sa­ha­an swasta di Lampung Tapi karena Tri Wahyudi dan Suhar me­ngaku tidak bisa bekerja di bawah komando orang lain dan terikat dengan waktu, sehingga pekerjaan itu ditinggalkan dan memilih usaha sendiri.
Selain membudiyakan lele untuk menutupi kebutuhan se­hari-hari, ia menderes karet di kebun masyarakat Kampung. Ia mengaku bekerja sebagai bu­ruh deres,” ujar pria kelahir­an Tulang Bawang ini dengan nada santai.
Tri Wahyudi berpesan kepada pemuda agar berpikir lebih kreatif dan jika sudah selesai kuliah jangan me­nunggu lowongan penerimaan calon pegawai ne­geri sipil (CPNS). Tapi harus me­mulai usaha sendiri tanpa tergan­tung sama orang lain.
Tri Wahyudi Yang Tampak Sedang Mencangkul Di Tengah

“Dengan demikian pemuda juga terbebas dari narkoba. Kita harus berpikir positif,” tambah Tri Wahyudi .

Perihal: Diterbitkan oleh: pada pukul Desember 09, 2017 WIB
Klik tombol "Like" bila Anda suka dengan artikel ini. Silakan poskan komentar agar saya dapat berkunjung balik ke blog Anda. Jika Anda ingin membaca artikel lain dari blog ini, maka silakan klik di sini untuk membuka daftar isi. Harap menyertakan https://fkmtrimulyajaya.blogspot.com/2017/12/hari-itu-cuaca-mendung-menyelimuti.html dan atau mencantumkan tautan untuk artikel ini bila Anda menyalin sebagian dan atau keseluruhan isinya. Terimakasih.

Posting Komentar